Wednesday 3 August 2011

Ibuuu.... Thanks much!!!

Sangat menyentuh untuk
direnungkan …
Delapan Kebohongan
Seorang Ibu Dalam
Hidupnya
Dalam kehidupan kita
sehari-hari, kita percaya
bahwa kebohongan akan
membuat manusia
terpuruk dalam
penderitaan yang
mendalam, tetapi kisah
ini justru sebaliknya.
Dengan adanya
kebohongan ini, makna
sesungguhnya dari
kebohongan ini justru
dapat membuka mata
kita dan terbebas dari
penderitaan, ibarat
sebuah energi yang
mampu mendorong
mekarnya sekuntum
bunga yang paling indah
di dunia.
Cerita bermula ketika
aku masih kecil, aku
terlahir sebagai seorang
anak laki-laki di sebuah
keluarga yang miskin.
Bahkan untuk makan
saja, seringkali
kekurangan. Ketika
makan, ibu sering
memberikan porsi
nasinya untukku. Sambil
memindahkan nasi ke
mangkukku, ibu
berkata : "Makanlah
nak, aku tidak lapar"
KEBOHONGAN IBU YANG
PERTAMA
Ketika saya mulai
tumbuh dewasa, ibu yang
gigih sering meluangkan
waktu senggangnya
untuk pergi memancing
di kolam dekiat rumah,
ibu berharap dari ikan
hasil pancingan, ia bisa
memberikan sedikit
makanan bergizi untuk
petumbuhan. Sepulang
memancing, ibu
memasak sup ikan yang
segar dan mengundang
selera. Sewaktu aku
memakan sup ikan itu,
ibu duduk disamping gw
dan memakan sisa
daging ikan yang masih
menempel di tulang yang
merupakan bekas sisa
tulang ikan yang aku
makan. Aku melihat ibu
seperti itu, hati juga
tersentuh, lalu
menggunakan sumpitku
dan memberikannya
kepada ibuku. Tetapi ibu
dengan cepat
menolaknya, ia berkata :
"Makanlah nak, aku
tidak suka makan ikan"
KEBOHONGAN IBU YANG
KEDUA
Sekarang aku sudah
masuk SMP, demi
membiayai sekolah
abang dan kakakku, ibu
pergi ke koperasi untuk
membawa sejumlah
kotak korek api untuk
ditempel, dan hasil
tempelannya itu
membuahkan sedikit
uang untuk menutupi
kebutuhan hidup. Di kala
musim dingin tiba, aku
bangun dari tempat
tidurku, melihat ibu
masih bertumpu pada
lilin kecil dan dengan
gigihnya melanjutkan
pekerjaanny menempel
kotak korek api. Aku
berkata :"Ibu, tidurlah,
udah malam, besok pagi
ibu masih harus kerja."
Ibu tersenyum dan
berkata :"Cepatlah tidur
nak, aku tidak capek"
KEBOHONGAN IBU YANG
KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu
meminta cuti kerja
supaya dapat
menemaniku pergi ujian.
Ketika hari sudah siang,
terik matahari mulai
menyinari, ibu yang
tegar dan gigih
menunggu aku di bawah
terik matahari selama
beberapa jam. Ketika
bunyi lonceng berbunyi,
menandakan ujian sudah
selesai. Ibu dengan
segera menyambutku
dan menuangkan teh
yang sudah disiapkan
dalam botol yang dingin
untukku. Teh yang begitu
kental tidak dapat
dibandingkan dengan
kasih sayang yang jauh
lebih kental. Melihat ibu
yang dibanjiri peluh, aku
segera memberikan
gelasku untuk ibu sambil
menyuruhnya minum. Ibu
berkata :"Minumlah nak,
aku tidak haus!"
KEBOHONGAN IBU YANG
KEEMPAT
Setelah kepergian ayah
karena sakit, ibu yang
malang harus merangkap
sebagai ayah dan ibu.
Dengan berpegang pada
pekerjaan dia yang dulu,
dia harus membiayai
kebutuhan hidup sendiri.
Kehidupan keluarga kita
pun semakin susah dan
susah. Tiada hari tanpa
penderitaan. Melihat
kondisi keluarga yang
semakin parah, ada
seorang paman yang baik
hati yang tinggal di
dekat rumahku pun
membantu ibuku baik
masalah besar maupun
masalah kecil. Tetangga
yang ada di sebelah
rumah melihat
kehidupan kita yang
begitu sengsara,
seringkali menasehati
ibuku untuk menikah
lagi. Tetapi ibu yang
memang keras kepala
tidak mengindahkan
nasehat mereka, ibu
berkata : "Saya tidak
butuh cinta"
KEBOHONGAN IBU YANG
KELIMA
Setelah aku, kakakku
dan abangku semuanya
sudah tamat dari sekolah
dan bekerja, ibu yang
sudah tua sudah
waktunya pensiun.
Tetapi ibu tidak mau, ia
rela untuk pergi ke pasar
setiap pagi untuk jualan
sedikit sayur untuk
memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kakakku dan
abangku yang bekerja di
luar kota sering
mengirimkan sedikit
uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan
ibu, tetapi ibu
bersikukuh tidak mau
menerima uang tersebut.
Malahan mengirim balik
uang tersebut. Ibu
berkata : "Saya punya
duit"
KEBOHONGAN IBU YANG
KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku
pun melanjutkan studi ke
S2 dan kemudian
memperoleh gelar
master di sebuah
universitas ternama di
Amerika berkat sebuah
beasiswa di sebuah
perusahaan. Akhirnya
aku pun bekerja di
perusahaan itu. Dengan
gaji yang lumayan tinggi,
aku bermaksud
membawa ibuku untuk
menikmati hidup di
Amerika. Tetapi ibu yang
baik hati, bermaksud
tidak mau merepotkan
anaknya, ia berkata
kepadaku "Aku tidak
terbiasa"
KEBOHONGAN IBU YANG
KETUJUH
Setelah memasuki
usianya yang tua, ibu
terkena penyakit kanker
lambung, harus dirawat
di rumah sakit, aku yang
berada jauh di seberang
samudra atlantik
langsung segera pulang
untuk menjenguk ibunda
tercinta. Aku melihat ibu
yang terbaring lemah di
ranjangnya setelah
menjalani operasi. Ibu
yang keliatan sangat tua,
menatap aku dengan
penuh kerinduan.
Walaupun senyum yang
tersebar di wajahnya
terkesan agak kaku
karena sakit yang
ditahannya. Terlihat
dengan jelas betapa
penyakit itu menjamahi
tubuh ibuku sehingga
ibuku terlihat lemah dan
kurus kering. Aku sambil
menatap ibuku sambil
berlinang air mata.
Hatiku perih, sakit sekali
melihat ibuku dalam
kondisi seperti ini. Tetapi
ibu dengan tegarnya
berkata : "Jangan
menangis anakku,Aku
tidak kesakitan"
KEBOHONGAN IBU YANG
KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan
kebohongannya yang
kedelapan, ibuku
tercinta menutup
matanya untuk yang
terakhir kalinya. Dari
cerita di atas, saya
percaya teman-teman
sekalian pasti merasa
tersentuh dan ingin
sekali mengucapkan : "
Terima kasih ibu ! "
Coba dipikir-pikir teman,
sudah berapa lamakah
kita tidak menelepon
ayah ibu kita? Sudah
berapa lamakah kita
tidak menghabiskan
waktu kita untuk
berbincang dengan ayah
ibu kita? Di tengah-
tengah aktivitas kita
yang padat ini, kita
selalu mempunyai
beribu-ribu alasan untuk
meninggalkan ayah ibu
kita yang kesepian. Kita
selalu lupa akan ayah
dan ibu yang ada di
rumah.
Jika dibandingkan
dengan pacar kita, kita
pasti lebih peduli dengan
pacar kita. Buktinya, kita
selalu cemas akan kabar
pacar kita, cemas
apakah dia sudah makan
atau belum, cemas
apakah dia bahagia bila
di samping kita.
Namun, apakah kita
semua pernah
mencemaskan kabar dari
ortu kita? Cemas apakah
ortu kita sudah makan
atau belum? Cemas
apakah ortu kita sudah
bahagia atau belum?
Apakah ini benar? Kalau
ya, coba kita renungkan
kembali lagi..
Di waktu kita masih
mempunyai kesempatan
untuk membalas budi
ortu kita, lakukanlah
yang terbaik. Jangan
sampai ada kata
"MENYESAL" di kemudian
hari.


Jangan Lupa Baca Yang Ini Juga!!!:

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Harnadi Hajri, S.pd | Bloggerized by Wahana corp - Indonesia | LPPM Wahana Education