Friday 24 February 2012

Belajar Budidaya Kambing dari Nol

 I.        PENDAHULUAN
                Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang cukup digemari masyarakat, namun skala usahanya masih terbatas dengan sistem pemeliharaan dan perkembangbiakan secara tradisional. Kambing sudah lama diusahakan oleh masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50-150 gr/hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu : harus mengenal bangsa kambing dan cirri-ciri kambing untuk bibit, bahan pakan dan cara pemberiannya, serta tata laksana.
                Pemeliharaan ternak kambing sangat mudah karena tidak membutuhkan keterampilan yang khusus, sehingga peternak baru pun mampu secara cepat belajar manajemen pemeliharaan. Usaha ternak di pedesaan tidak memerlukan modal yang besar, karena dapat dilakukan dengan sistem gaduhan (bagi hasil anak), ataupun dengan pembelian induk yang tidak terlalu mahal bila dibandingkan dengan ternak besar. Penyediaan sumber pakan hijauan yang ada di pedesaan umumnya cukup berlimpah, seperti rumput lapangan, leguminosa, limbah pertanian (limbah sayuran, tanaman pangan, perkebunan), dan lainnya. Selain itu, dalam berusaha ternak kambing tidak perlu memiliki lahan yang luas, hanya diperlukan kandang (sesuai dengan jumlah yang akan dipelihara), pakan yang dapat diambil dari kebun, lapangan umum atau digembalakan di lahan-lahan umum (lapangan, di perkebunan, dan tempat lainnya).
II.       MENGENAL BANGSA KAMBING
1.     Kambing Kacang
kambing_kacang.jpg
Gambar Kambing Kacang
Kambing ini asli dari Indonesia dan memiliki cirri : badan kecil, pendek, telinga pendek, tegak, leher pendek, punggung meninggi, bertanduk baik jantan atau betina, tinggi badan 55-65 cm dan bobot hidup jantan sekitar 25 kg dan betina sekitar 20 kg.
2.     Kambing PE (Peranakan Etawah)
kambing_etawa.jpg
Gambar Kambing PE
Kambing ini merupakan persilangan kambing kacang dengan kambing etawah. Memiliki tanda-tanda antara lain telinga panjang sekitar 18-30 cm; bobot hidup dewasa jantan mencapai 40 kg dan betina sekitar 35 kg; tinggi punggung berkisar antara 76-100 cm; pada jantan, bulu bagian atas dan bawah leher, serta pundak lebih tebal dan agak panjang, sedangkan pada betina hanya bagian paha yang lebih panjang. Warna kambing ini bervariasi dari coklat sampai hitam.
3.     Kambing Merica
Kambing merica banyak terdapat di pulau Sulawesi, tubuhnya lebih kecil dari kambing kacang dan diduga masih satu keturunan dengan kambing kacang.
4.    Kambing Gembrong
kambing_gembrong.jpg
Gambar  Kambing Gembrong
Kambing ini banyak terdapat di Pulau Bali, memiliki tubuh lebih besar dari kambing kacang dan mempunyai bulu yang panjang, terutama yang jantan.
Selain kambing penghasil daging, ada kambing yang digunakan sebagai penghasil susu atau kambing tipe perah. Kambing ini mampu menghasilkan susu walaupun produktivitasnya rendah, namun harga susu kambing lebih mahal dibandingkan dengan susu sapi,. Berikut ini adalah contoh kambing tipe perah :
1.     Kambing Saanen
kambing_saanen.jpg
Gambar  Kambing Saanen 
Kambing Saanen berasal dari Lembah Saanen Switzerland, memiliki tanda-tanda baik jantan maupun betina tidak bertanduk; warna putih atau krem pucat atau muda; hidung, telinga, dan ambing belang hitam; dahi lebar; telinga sedang dan tegak.
2.    Kambing Etawah (Jamnapari)
kambing_jamnapari.jpg
Gambar  Kambing Etawah / Jamnapari
Kambing etawah asli atau dikenal dengan kambing jamnapari berasal dari daerah Jamnapari India, dengan ciri-ciri hidung melengkung, telinga panjang (30 cm) terkulai, kaki panjang, dan berbulu panjang pada garis belakang kaki, warna bulu belang hitam putih atau merah, atau coklat putih. Jantan dan betina bertanduk dengan tinggi badan jantan dewasa mencapai 90-127 cm, dan yang betina dewasa antara 76-92 cm. Bobot badan jantan dewasa 36-63 kg. Rataan produksi susu kurang lebih 3 liter/ekor/hari dengan ambing relatif besar dan panjang seperti botol.
3.    Kambing Alpine
kambing_alpine.jpg
Gambar  Kambing Alpine 
Kambing ini ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk, tubuhnya besar dan tingginya sama dengan kambing saanen. Warna bulu bermacam-macam, dari putih sampai kehitam-hitaman dengan warna muka ada garis putih di atas hidung. Kambing ini dikenal sebagai kambing penghasil susu.
4.     Kambing (Anglo)-Nubian
kambing_anglo.jpg
Gambar Kambing Anglo Nubian 
Kambing Anglo Nubian atau sering di sebut kambing Nubian memiliki bulu yang pendek, berkaki panjang, dan dapat menyesuaikan diri di daerah panas. Kambing ini merupakan kambing yang subur (beranak kembar) dan ada yang bertanduk dan ada yang tidak bertanduk.
Untuk memilih kambing calon bibit, sebaiknya peternak mengenal ciri-ciri calon bibit, baik pada jantan maupun betina. Calon bibit jantan hendaknya memiliki : tubuh yang sehat, besar (sesuai umur), relatif panjang, dan tidak cacat; dada dalam dan lebar, dengan kaki lurus dan kuat serta tumit tinggi; penampilan gagah, aktif dan besar nafsu kawinnya; buah zakarnya normal (2 buah sama besar); alat kelaminnya kenyal dan dapat ereksi; kambing yang digunakan untuk bibit sebaiknya dari keturunan kembar; bulu bersih dan mengkilat. Seperti halnya pada jantan, betina calon bibit juga harus sehat, tidak terlalu gemuk dan tidak cacat, kaki lurus dan kuat dan alat kelamin normal. Sebaiknya dipilih kambing yang mempunyai sifat keibuan dan memiliki ambing normal (halus, kenyal, tidak ada infeksi). Sebaiknya dipilih dari keturunan kembar. Bulu bersih dan mengkilat.
                Dalam maemilih calon bibit, hindari ternak cacat atau tidak normal, antara lain rahang atas dan bawah tidak rata; tanduk tumbuh melingkar menusuk leher; hanya mempunyai satu buah zakar, atau mempunyai dua buah tapi besarnya tidak sama; terdapat infeksi atau pembengkakan pada ambing/buah susu (untuk betina); kaki berbentuk huruf X atau pengkor; buta atau rabun, yang dapat diketahui dengan menunjuk-nunjukkan jari telunjuk di depan matanya, apabila ada reaksi berkedip berarti  ternak tersebut tidak buta; ternak majil/mandul.
                Selain itu, peternak juga harus mampu menentukan umur kambing. Pendugaan umur dapat dilakukan dengan melihat kartu identitas, dan dapat juga dengan melihat jumlah gigi seri tetap yang tumbuh. Bila gigi seri tetap belum ada, kambing berumur kurang dari satu tahun. Apabila sudah tumbuh gigi tetap sebanyak satu pasang (dua buah), maka diperkirakan berumur 1-2 tahun. Bila terdapat dua pasang, berarti kambing diperkirakan berumur antara 4-5 tahun. Apabila gigi seri tampak sudah mulai aus atau lepas, maka kambing tersebut sudah berumur lebih dari 5 tahun.
                Jika akan mengawinkan kambing, maka ternak betina harus dalam keadaan birahi dan sehat. Ternak kambing jantan dan betina harus di kumpulkan dalam satu kandang kawin. Perkawinan dapat terjadi 2 atau 3 kali, tetapi apabila ternak betina tidak mau di kawinkan lagi, berarti ternak betina tersebut telah bunting dan harus dipisahkan dengan ternak jantan.
                Ternak betina yang bunting mempunyai ciri-ciri nampak lebih besar, lebih gemuk di bagian perutnya, bulu makin mengkilap, ambing susunya makin membengkak dan menjadi besar, begitu pula dengan dengan puting susunya.

III.      PAKAN DAN PEMBERIANNYA
                Pakan berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, seperti produksi (tumbuh besar, gemuk, dan susu) dan untuk bereproduksi (kawin, bunting, beranak, dan menyusui). Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhannya dan jumlahnya di sesuaikan dengan status fisiologis ternaknya. Sebagai patokan umum yaitu 10% bahan kering dari bobot badan. Contoh : bila bobot hidup kambing 25 kg maka pemberian hijauan sekitar 2,5 kg kering atau 5 kg basah.
Pakan untuk kambing dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sumber energi, sumber protein, dan sumber mineral. Sumber energi antara lain jagung, sorgum, dedak padi, dedak gandum, dedak jagung, ketela rambat, singkong, onggok, rumput-rumputan dan jerami padi. Bahan pakan yang merupakan sumber protein antara lain jenis leguminosa glirisidia, turi, lamtoro, centrocema, dan sisa pertanian seperti : daun kacang, daun singkong, bungkil kedelai, biji kapas, ampas tahu, ampas kecap dan lain-lain. Sebagai sumber mineral misalnya air minum yang harus selalu tersedia di dalam kandang.
                Hijauan dapat disediakan dengan cara mencari di alam atau dapat pula dibudidayakan. Penanaman dapat dilakukan di areal yang tidak dimanfaatkan untuk tanaman pertanian, seperti di galengan/pematang sawah, pinggir jalan, tanah desa, di lereng atau bahkan dapat di tanam sebagai pagar hidup, atau di areal tanam sebagai monokultur.
                Berbagai jenis hijauan yang dapat digunakan adalah rumput-rumputan (rumput alam, rumput gajah, setaria, rumput benggala, rumput raja dan lain sebagainya) dan leguminosa (daun kacang-kacangan, lamtoro, turi, glirisida, kaliandra, albasia dan lain-lain). Hijauan yang berasal dari sisa hasil panen seperti daun ubi, daun nangka, daun kacang tanah, daun kacang kedelai, dan daun pisang juga dapat digunakan sebagai pakan kambing. Dalam pemberian pakan hijauan, perlu diperhatikan imbangan antara rumput dan daun leguminosa dikaitkan dengan kondisi fisiologis ternak. Pada kambing dewasa, pemberian pakan rumput dan leguminosa dapat diberikan dengan perbandingan 3:4. Namun bila ternak dalam keadaan bunting, sebaiknya perbandingan rumput dan daun leguminosa adalah 3:2. Lain halnya bila kambing sedang menyusui, perbandingan sebaiknya 1:1. Anak kambing lepas sapih diberikan rumput dan daun leguminosa dengan perbandingan 3:2. Hindari pemberian hijauan yang masih muda. Jika terpaksa digunakan hendaknya diangin-anginkan selama minimal 12 jam untuk menghindari terjadinya bloat(kembung) pada kambing.
Pakan sebaiknya diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), dan diberikan juga air minum dan garam beryodium secukupnya. Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah, dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur berupa campuran dedak, ampas tahu, dan bahan lain yang tersedia sebanyak 0,5-1 kg/ekor/hari.
Bahan pakan berupa hijauan juga dapat diawetkan pada saat hijauan melimpah, seperti membuat silase atau hay. Jerami padi dan kacang-kacangan dapat dimanfaatkan sebagai pakan kambing di saat musim kemarau.

IV.     TATA LAKSANA|
4.1.         Kandang
                Kandang terbuat dari bahan yang kuat dan harga murah dengan memanfaatkan bahan yang tersedia di lokasi. Kandang harus segar (ventilasi baik, cukup cahaya matahari, bersih, dan minimal berjarak 5 meter dari rumah). Sebaiknya dibuat kandang dalam bentuk panggung dengan sekat yang dapat dibongkar pasang dan lantai dari bambu atau papan. Di belakang kandang dibuat penampungan kotoran dan sisa pakan. Sebagai patokan ukuran luas kandang adalah :  untuk jantan dewasa dibutuhkan 1,5 m2, untuk betina dewasa 1 m2,  untuk betina menyusui 1,5 m2, anak dan kambing muda 0,75 m2. Usahakan ada lampu penerang yang dipasang di dalam kandang. Selain itu, di dalam kandang juga perlu disediakan tempat pakan dan minum.
                Model kandang panggung memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah kandang menjadi bersih karena kotoran jatuh ke bawah, kebersihan ternak lebih terjamin, lantai kandang selalu kering, dan pertumbuhan kuman dan parasit jamur dapat ditekan. Namun demikian, beberapa kelemahan dari kandang panggung antara lain biaya relatif mahal, resiko ternak terperosok atau jatuh, dan kandang memikul ternak lebih berat.
4.2.         Pengelolaan Reproduksi.
                Diusahakan agar kambing bisa beranak minimal 3 kali dalam 2 tahun. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
a.   Kambing mencapai dewasa kelamin pada umur 6-10 bulan, dan sebaiknya dikawinkan pada umur 10-12 bulan atau saat bobot badan mencapa 55-60 kg.
b.   Lama birahi 24-45 jam, siklus birahi berselang selama 17-21 hari.
c.    Tanda-tanda birahi: gelisah, nafsu makan dan minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, kemaluan bengkak dan mau atau diam bila dinaiki. Bila birahi pagi, maka esok atau sorenya harus dikawinkan
d.   Perbandingan jantan dan betina 1:10.
e.   Dengan pengelolaan yang baik, kambing dapat beranak 7 bulan sekali.
f.    Pekawinan kembali setelah melahirkan 1 bulan kemudian
g.   Penyapihan anak dilaksanakan pada 3-4 bulan.
Mengawinkan Ternak:
      Saat yang baik untuk mengawinkan kambing adalah 12-18 jam setelah tanda-tanda birahi muncul. Campurkan betina berahi dan pejantan dalam satu kandang. Hindari perkawinan sedarah atau garis keturunan yang sama antara jantan dan betina atau yang masih dekat hubungan kekerabatannya (anak dengan bapak, anak dengan induk, atau antar saudara kandung).
Ternak Melahirkan:
Tanda-tanda induk akan melahirkan:
a.   Pinggul mengendur.
b.   Ambing tampak besar dan puting susu terisi penuh.
c.    Alat kelamin (vulva) membengkak kemerah-merahan dan lembab.
d.   Gelisah, menggaruk-garuk tanah atau lantai kandang dan sering mengembik.
e.   Nafsu makan menurun.
Persiapan Perawatan Kelahiran:
a.   Bersihkan kandang.
b.   Sediakan alas yang kering dan bersih untuk menyerap cairan yang keluar selama proses kelahiran (jerami atau karung goni).
c.    Sediakan jodium tinctur untuk dioleskan pada bekas potongan tali pusar
Proses Kelahiran :
a.   Kantong ketuban pecah.
b.   Beberapa saat kemudian anak mulai keluar.
c.    Setelah anak lahir, potong tali pusar dan oleskan jodium tinctur pada bekas potongannya.
d.   Biarkan induk menjilati anak yang baru lahir. Jika induk tidak mau menjilati, bersihkan cairan yang menempel dengan menggunakan kain lap yang bersih dan kering.
e.   Bersihkan lubang hidung dan mulut anak kambing yang baru lahir agar mudah bernafas
Perawatan anak yang baru lahir:
a.   Setelah lahir, anak akan segera menyusu pada induknya. Sebaiknya anak dibantu untuk dapat segera menyusu ibunya.
b.   Anak yang tidak segera menyusu dalam waktu 12 jam setelah lahir harus segera diberi susu pengganti kolostrum.
Pembuatan susu kolostrum buatan:
                Campurkan 0,25-0,5 liter susu sapi atau susu bubuk dengan 1 sendok teh minyak ikan, 1 butir telor ayam dan setengah sendok makan gula pasir. Berikan dengan cara dicekok 3-4 kali sehari.
4.3.         Pengendalian Penyakit
                Hendaknya ditekankan pada pencegahan penyakit melalui sanitasi kandang yang baik, makanan yang cukup gizi, dan vaksinasi. Adapun penyakit yang sering menyerang ternak kambing adalah :
a.     Kurap/Kudis (Scabies)
Penyakit ini disebabkan oleh parasit kulit (termasuk kutu). Tanda-tanda yang diperlihatkan adalah: gelisah karena gatal, bulu rontok, kulit merah dan menebal. Tempat yang sering diserang yaitu muka, telinga, pangkal ekor, leher, dan bagian lainnya. Pencegahan  dilakukan dengan menjaga kebersihan kandang dan ternak, serta memisahkan ternak sakit dari ternak yang sehat.
b.     Kembung Perut (Bloat/Thympani)
Penyakit ini disebabkan oleh  gas yang timbul karena makanan (rumput muda). Tanda-tanda yang diperlihatkan antara lain : perut sebelah kiri membesar, nafas pendek dan cepat, serta tidak mau makan. Pencegahan dilakukan dengan tidak memberi rumput muda. Bila terjadi,  beri ternak kambing larutan gula merah dan asam jawa, dan keluarkan gas dengan menguras perut kambing. Apabila ada ternak yang sakit, pisahkan dari kelompoknya.
c. Lain-lain


Jangan Lupa Baca Yang Ini Juga!!!:

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Harnadi Hajri, S.pd | Bloggerized by Wahana corp - Indonesia | LPPM Wahana Education